Pendeta
asal Amerika Serikat Steven Anderson mengaku ditolak saat hendak menaiki
pesawat tujuan Jamaika dari bandar udara Atlanta. Pihak penerbangan mengaku melakukan hal itu sebagai perintah dari pemerintah Jamaika.
Usut punya usut,
pendeta dari Faithful World Baptist Church, Tempe ini ternyata ditolak karena dikenal
sebagai sosok yang anti LGBT. Dia bahkan pernah melontarkan pernyataan
kontroversial bahwa kaum LGBT pantas dilempari batu sampai mati. Hal ini membuat para aktivis pro-LGBT di negara kepulauan itu menjadi geram.
Sebelumnya,
Anderson dijadwalkan akan mendarat di Bandara Internasional Manley Manley dengan
menaiki maskapai Delta Air Lines. Dia bahkan membawa anak laki-lakinya yang berusia
14 tahun untuk terlibat dalam pekerjaan misi di pulau itu. Tapi sayang, kunjungan itu harus batal karena kejadian ini.
“Saya terbang
dari Atlanta, jadi begitu tiba di Atlanta, Delta Air Lines menyampaikan bahwa mereka
menerima pemberitahuan dari Jamaika bahwa saya tidak diijinkan masuk,” ucap Anderson, seperti dikutip Jamaica-gleaner.com.
Dia mengaku
cukup terkejut penolakan yang dilakukan pemerintah Jamaika terhadap dirinya. “Saya agak terkejut
bahwa Jamaika melarang saya (berkunjung) karena pandangan saya soal homoseksual,” terangnya.
Tapi larangan
ini memang bukan pertama kalinya bagi Anderson. Beberapa negara juga dengan tegas
menolak kedatangannya, seperti yang dilakukan Kanada, Inggris, Botswana dan Afrika Selatan.
Sebelumnya dia
juga pernah melontarkan komentar bahwa wanita seharusnya tak perlu bekerja,
memimpin gereja dan mengkritik cara berpakaian wanita. Dia bahkan pernah mendoakan supaya Barrack Obama meninggal.
Pasca penolakan
terhadapnya, Anderson berencana mengalihkan perjalanannya menuju negara kepulauan
Karibia. “Saya berencana menuju negara Karibia dan saya masih akan terus maju dengan
pelayanan misi minggu ini, tapi saya hanya akan pergi ke negara yang berbeda,” ucapnya.
Ditolak karena
melakukan tindakan kebenaran sama sekali tak adil. Tapi dalam kasus pendeta Anderson,
kita bisa mencerna kalau ternyata penolakan ini dipicu oleh pernyataan sang
pendeta yang kurang bijak. Mungkin dari kasus ini, kita bisa belajar supaya sebagai
orang Kristen kita harus tetap menjaga perkataan dan juga sikap yang
mencerminkan kasih Tuhan.
Sekalipun kita
membenci perilaku menyimpang semacam LGBT, tapi kita nggak boleh menghakimi mereka
secara frontal. Sebaliknya, kita haruslah merangkul dan menyampaikan kebenaran dengan
cara yang tepat.